Link Kedinasan

Kamis, 18 Desember 2025

Alasan nyata kenapa anak lebih mudah mengingat detail game tapi mudah dlm pelajaran



Sebagai guru, saya sering tersenyum getir melihat satu fakta yang terus berulang di kelas:

anak bisa lupa rumus yang baru saja diajarkan pagi ini, tapi bisa mengingat dengan sangat rinci cara menyelesaikan misi game yang ia mainkan semalam.

Kadang saya bertanya dalam hati, “Sebenarnya mereka ini sulit menghafal… atau kita yang kalah menarik dari sebuah game?”

Semakin lama mengajar, saya menyadari bahwa ini bukan soal malas belajar semata. Ini adalah soal cara otak anak bekerja, cara emosi terlibat, dan bagaimana pengalaman belajar itu dirasakan. Dan semua itu justru terjadi secara sempurna di dunia game.

Berikut beberapa alasan paling nyata yang saya lihat setiap hari di sekolah.

1. Otak Anak Mengingat yang Menghadirkan Emosi, Bukan Sekadar Informasi. Dalam pembelajaran di kelas, sering kali yang kita berikan adalah informasi. Sementara dalam game, yang anak dapatkan adalah pengalaman emosional: tegang, senang, penasaran, marah, bangga, kecewa, lalu bangkit lagi.

 Ahli neurosains seperti Daniel Goleman menjelaskan bahwa emosi berperan besar dalam proses mengingat. Informasi yang disertai emosi kuat akan jauh lebih lama tersimpan di memori jangka panjang.

Di kelas, anak menghafal karena disuruh.

Di game, anak menghafal karena butuh untuk menang.

 Sebagai guru, saya sadar:

bukan berarti pelajaran kita tidak penting, tapi sering kali belum cukup “menghidupkan rasa”.

 

2. Game Mengaktifkan Sistem Hadiah Otak, Sekolah Sering Mengaktifkan Sistem Takut

 

Dalam game, setiap usaha anak langsung diberi respons: naik level, dapat poin, buka fitur baru, dapat ranking.

 

Menurut B.F. Skinner, perilaku yang diberi penguatan (reward) akan cenderung diulang. Game mempraktikkan teori ini dengan sangat konsisten.

 

Sementara di sekolah, yang sering muncul justru sebaliknya:

• salah → dimarahi

• lupa → dianggap malas

• rendah nilai → dianggap tidak mampu

 

Otak anak pun lebih sering bekerja dalam mode takut, bukan mode tumbuh.

 

Padahal para pakar seperti Carol Dweck dengan teori growth mindset menegaskan bahwa anak akan berkembang jauh lebih baik ketika merasa aman untuk salah dan diberi kesempatan memperbaiki diri.

 

3. Game Memberi Tantangan Bertahap, Sekolah Sering Melompat Terlalu Jauh

 

Dalam game, tidak ada musuh level 10 yang langsung dihadapi pemain pemula. Semua bertahap.

Pelan, naik, gagal, ulang, lalu naik lagi.

 

Di kelas, sering kali kita tanpa sadar menempatkan anak:

• langsung pada materi yang berat

• soal yang sulit tanpa pemanasan

• tuntutan tinggi tanpa kesiapan mental

 

Akibatnya bukan tertantang, tapi kewalahan.

 

4. Dalam Game Anak Merasa Memiliki Kendali, di Sekolah Anak Sering Hanya Mengikuti

 

Di game, anak bebas memilih:

• mau main kapan

• mau ulang misi berapa kali

• mau pakai strategi apa

 

Di sekolah, anak sering hanya menjadi penerima:

duduk, dengar, catat, kerjakan, setor, selesai.

 

Menurut Maria Montessori, rasa memiliki kendali (sense of control) adalah kunci utama tumbuhnya motivasi belajar alami. Ketika anak merasa pembelajaran itu miliknya, bukan paksaan orang dewasa, maka daya ingat dan kesadarannya ikut tumbuh.

 

5. Game Mengajarkan Melalui Pengalaman, Sekolah Masih Terjebak Ceramah

 

Anak-anak kita hari ini adalah pembelajar visual, aktif, dan kinestetik.

Game mengajak mereka:

• mencoba

• gagal

• memperbaiki

• mencoba lagi

 

Sedangkan di sekolah, sering kali anak belajar hanya lewat:mendengar, mencatat, menghafal

John Dewey, tokoh pendidikan progresif, menegaskan bahwa manusia belajar paling kuat melalui learning by doing, bukan sekadar mendengar penjelasan.

 

Meski anak-anak hari ini lebih mudah mengingat game daripada pelajaran, itu bukan tanda guru dan sekolah gagal. Kita hanya sedang hidup di zaman dengan tantangan yang jauh berbeda. Di tengah keterbatasan yang ada, guru tetap berjuang menghadirkan pembelajaran terbaik.

Di tengah semua itu, guru tetap berusaha menghadirkan pembelajaran terbaik yang mereka bisa.

#tips #tipsparenting #gameanak #murid 
Diambil dari tulisan atiekgurusd

0 komentar :

Posting Komentar